Seputar Memudarnya Jati Diri Bangsa

Materi Dakwah Islam dan Kultum kali ini menyoroti persoalan yang terkait dengan jati diri bangsa. Ya, jati diri bangsa yang akhir-akhir ini pantas kita pertanyakan. Kalau mau jujur menilai bahwa saat ini Indonesia telah mengalami proses memudarnya jati diri bangsa—sekedar untuk tidak menyebut kehilangan jati diri.

Jati diri adalah sebuah istilah

Menjadi tugas siapa saja, termasuk para guru untuk mengembalikan jati diri bangsa kepada yang semestinya. Guru berkewajiban menanamkan jati diri bangsa dalam dada setiap anak didik. Dalam kontek ini, guru memiliki peran strategis karena guru berada dalam garis terdepan untuk menanamkan nilai kepada anak didik.

yang digunakan untuk menggambarkan akan cirikhas yang tidak dimiliki oleh fihak lain berupa sifat, tindakan, sikap, maupun prilaku. Dan bila digandengkan dengan kata bangsa sehingga menjadi jati diri bangsa maka berarti identitas dan ciri khusus yang dimiliki oleh suatu bangsa tertentu dan membedakannya dengan bangsa lain.

Indonesia sebagai bangsa juga dikenal memiliki jati diri yang unik dan sangat spesial. Kekhasan jati diri ini dikenal hingga ke manca negara dan membuat penduduknya bangga. Kekhasan jati diri Indonesia sebagai bangsa adalah sangat religius, murah senyum, ramah tamah, rukun; guyub; sak iyek sak eko proyo, suka tolong menolong, lebih mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan serta sangat welcome (terbuka) terhadap suku bangsa lain.

Sayangnya, semua yang tersebut di atas adalah jati diri pada masa-masa dulu. Masa-masa ketika semua warga negara sepakat untuk mempertahankan jati diri bangsa. Tetapi sekarang, jati diri itu menjadi sangat kabur dan remang-ramang. Sulit sekali untuk mengatakan bahwa apa yang dulu disebut sebagai jati diri bangsa sekarang masih ada.

Lihatlah fakta-fakta bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan religiusitas, menurunnya empati dan simpati kepada saudara sebangsa, dalam menyelesaikan masalah lebih mengedepankan kekerasan dari pada musyawarah, banyaknya pertumpahan darah, dan di mana-mana terjadi kekerasan. Sekali lagi ini membenarkan anggapan bahwa kita sebagai bangsa telah kehilangan jati diri yang dulu sangat dibanggakan.

Menjadi tugas siapa saja, termasuk para guru untuk mengembalikan jati diri bangsa kepada yang semestinya. Guru berkewajiban menanamkan jati diri bangsa dalam dada setiap anak didik. Dalam kontek ini, guru memiliki peran strategis karena guru berada dalam garis terdepan untuk menanamkan nilai kepada anak didik.

Bangsa Indonesia memiliki falsafah yang luar biasa hebat. Falsafah bangsa tersebut tertuang jelas dalam rumusan Pancasila. Dalam pancasila tersebut secara urut disebutkan bahwa:
  1. kita adalah bangsa yang berketuhanan
  2. kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan
  3. kita adalah bangsa yang mencintai persatuan dan kesatuan
  4. kita adalah bangsa yang lebih mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan
  5. dan kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi keadilan

Islam dan jati diri bangsa


Islam adalah agama yang kaffah (sempurna), sesuai dengan situasi dan kondisi. Juga sangat cocok dengan perkembangan zaman dan dapat menjawab persoalan-persoalan yang menyertainya, termasuk masalah jati diri bangsa.

Menjawab persoalan jati diri bangsa adalah tugas setiap umat Islam Indonesia, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Apa yang menjadi jati diri bangsa sangat mudah untuk dijelaskan dengan pendekatan Islam. Sekali lagi, seluruh umat Islam Indonesia dan para guru Pendidikan Agama Islam mempunyai kewajiban mengembalikan jati diri bangsa yang hilang melalui jalur pendekatan Islam.

Mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dengan pendekatan Islam dapat disimak melalaui contoh-contoh ajarannya, yaitu :


Tentang kemanusiaan dapat dilihat dari larangan membunuh atau menghilangkan nyawa. Bahkan dalam ajaran Islam, menghilangkan nyawa seorang manusia sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Hal ini tergambar dengan jelas dalam Q.S. Al-Maidah : 32.

...مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ...

“…barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…”

Tentang empati dan simpati yang melahirkan jiwa suka tolong menolong, Islam secara tegas memerintahkan tolong menolong antar sesame selama dalam kebaikan dan takwa. Bahkan orang yang dapat tidur nyenyak karena kekenyangan sementara orang lain tidak dapat tidur karena merasakan lapar dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah : 2)

يَا أَنَس مَا آمَنَ بِىْ مَنْ بَاتَ جَارُهُ جَائِعًا إِلٰى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَم

"Bukanlah Mukmin orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan." (HR. Ad-Daelami dari Anas)

Tentang musyawarah, Islam sangat mengajarkan musyawarah kepada pemeluknya untuk menyelesaikan tiap masalah dan mewajibkan untuk mentaati setiap kesepakatan yang diambil melalui musyawarah. Dijamin oleh Nabi Muhammad bahwa orang yang menyelesaikan persoalannya dengan musyawarah tidak akan kecewa.

مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدْمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ

“tidak akan rugi orang yang istikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusywwarah, dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat” (HR. Thabrani)

Demikianlah contoh-contoh ajaran Islam yang dapat dijadikan rujukan mengembalikan jati diri bangsa Indonesia. Masih banyak lagi ajaran Islam yang lain misalnya ajaran tentang ketuhanan, keadilan, persatuan dan kesatuan dan sebagainya. Dan guru-guru Pendidikan Agama Islam dapat juga menanamkan ajaran Islam tersebut kepada anak didik sebagai bagian dalam menanamkan nilai luhur bangsa Indonesia.

Semoga bermanfaat.