Menjadi Muballigh atau Da'i Muhammadiyah yang Bijak

Menjadi muballigh atau da'i yang bijak adalah sebuah keniscayaan. Karena Da'i atau Muballigh yang bijak tidak saja dia pandai menyampaikan materi dakwah, tetapi juga mampu menciptakan kedamaian, keharmonisan dan keteduhan hati di kalangan jama'ah. Bagaimana cara menjadi da'i atau muballigh yang bijak dan apa yang harus dilakukan, pendekatan dan metode apa yang digunakan? Berikut ini tulisan M Muchlas Abror yang dinukilkan Materi Dakwa Islam dan Kultum dari Majalah "Suara Muhammadiyah".

Masuk menjadi anggota Muhammadiyah mestilah atas dasar pilihan dan kesadaran sendiri. Dengan kata lain, masuk secara sukarela dan tanpa paksaan. Orang masuk Islam saja tidak ada paksaan, apalagi masuk Muhammadiyah. Tetapi setelah menjadi anggota Muhammadiyah, kita tentu bukan sekadar tahu bahkan harus memahami bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah. Sebagai anggota Gerakan Dakwah, maka kita harus giat berdakwah. Kita harus menyadari bahwa kita telah terikat janji dengan Muhammadiyah, yakni berdakwah. Janji, baik yang dinyatakan dengan lisan maupun yang terpendam dalam hati, harus dipegang teguh. Ini menjadi pendorong yang merupakan salah satu faktor penting untuk tetap istiqamah dalam giat berdakwah, menurut bidang kecakapan dan keahlian masing-masing.

Dakwah Islam bagi kita, anggota Muhammadiyah, menjadi bagian dari hidup kita. Dakwah mestilah mengalir dalam jiwa kita sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuh kita. Karena itu, harus menjadi kemauan dan tekad kita bahwa kita akan mengisi setiap jejak dan langkah kehidupan kita dengan dakwah. Di mana pun dan kapan pun, dalam segala keadaan dan cuaca, dalam suka dan duka, dalam masa senang dan susah, bahkan dalam seluruh hidup dan kehidupan kita tidak terlepas dari dan untuk berdakwah. Ringkasnya, menjadi anggota Muhammadiyah harus memiliki komitmen yang tinggi untuk berdakwah. Berdakwah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan kita.

Kehadiran da'i Muhammadiyah di masyarakat begitu penting dan ditunggu untuk melakukan berbagai perbaikan dan mengatasi bermacam krisis. Da'i Muhammadiyah harus menjadi contoh yang dapat diteladani dan panutan yang diikuti antara lain dalam hal semangat yang tinggi, kemauan dan tekad yang kuat, teguh memegang kebenaran, bekerja keras dan berwawasan luas, kesabaran dalam mengatasi berbagai persoalan, dan keikhlasan. Jika kita, para da'i Muhammadiyah, dapat memberikan keteladanan yang tulus, peduli dan simpati terhadap persoalan orang lain dan masyarakat, maka akan mengundang dan menarik simpati. Keberhasilan menarik, merekrut, dan mempengaruhi mereka masuk ke dalam bahtera dakwah kita mempunyai arti penting dalam perjalanan dakwah selanjutnya. Tujuan menarik simpati mereka sekurang-kurangnya agar mereka tidak memusuhi, mengganggu, dan merintangi dakwah Muhammadiyah.

Dalam melaksanakan aktivitas dakwah, kita tentu melakukan pendekatan dakwah secara bijak dan cermat, dengan memperhatikan kondisi, waktu, dan tempat si penerima dakwah. Kita berinteraksi dengan mereka dengan kelembutan, keramahan, kasih sayang, kerendahan hati, dan mudah memaafkan. Kita berinteraksi dengan mereka dalam suasana persaudaraan, kehangatan, dan kedekatan. Selain itu, kita mau mendengar pendapat mereka. Terhadap pendapat mereka yang sesuai dengan ajaran Islam tentu harus kita dukung dan laksanakan. Sedangkan terhadap pendapat mereka yang kurang sejalan dengan ajaran Islam tentulah harus kita arahkan dan luruskan secara arif atau bijak.

Bersikap terus terang dan tegas dalam menyampaikan kebenaran, dalam berdakwah ke jalan Allah adalah baik. Keterusterangan dan ketegasan itu hendaklah tetap disampaikan dengan kelembutan dan kerendahan hati. Jangan dicampuradukkan antara keterusterangan dan ketegasan itu dengan kekerasan dan kekasaran. Sebab antara keduanya tidak ada keterkaitan bahkan memang tidak sama alias beda. Harap kita ingat bahwa dalam kita berterusterang dan bersikap tegas bukan berarti menafikan kearifan dan kebijakan. Kita yang dituntunkan untuk menjadi da'i yang bijak hendaklah dalam bertugas di tengah masyarakat dapat menyampaikan dakwah dengan kehalusan dan kelembutan tanpa mengabaikan substansi sedikit pun. Sehingga yang kita sampaikan tetap sesuai dengan kebenaran.

Apabila kita telah berperilaku bijak dalam berdakwah, tetapi dakwah yang kita sampaikan pun masih belum dapat diterima atau ditolak, tidaklah mengapa. Jangan patah semangat, apalagi putus asa. Dakwah jalan terus, tidak boleh berhenti. Hadapilah segala persoalan yang ditemukan dalam perjalanan dengan cara-cara yang bijak. Kita jangan terpancing dan terperangkap dalam perilaku mereka. Kita tetap menghindari kekerasan dan menjauhi kekasaran. Ikhtiarkan dan usahakan dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi konflik dan bentrok. Tetapi andaikata terjadi pula hal yang tidak diharapkan, maka hadapilah dengan kepala dingin, berpikir jernih, dan hati yang bersih. Sehingga kita dapat menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketika dizhalimi.

Kita dalam melaksanakan tugas dakwah harus banyak membangun interaksi yang baik dan bersikap lemah lembut dan ramah dengan siapa pun. Dengan non Muslim dan apalagi dengan sesama Muslim. Dalam berdialog dan berdiskusi dengan mereka yang beda pendapat dengan kita, apabila kita mengacu pada Qs. An-Nahl [16]: 125 dan Qs. Fushshilat [41]: 34, kita memperoleh tuntunan berupa perintah berdialog dan berdiskusi tidak cukup dengan cara yang baik. Tetapi kita diperintahkan agar menggunakan cara yang paling baik. Jika ada dua cara dialog dan diskusi, yang satu baik sedangkan yang satu lagi lebih baik, maka kita wajib berdialog dan berdiskusi dengan menggunakan cara yang lebih baik. Cara yang disebutkan terakhir itu pasti lebih besar faedah dan manfaatnya. Karena tentu menarik hati, lebih mendekatkan jiwa serta menjauhkan perselisihan dan permusuhan. Kalau cara atau metode berdialog dan berdiskusi dengan non Muslim saja seperti itu, apalagi dalam berdialog dan berdiskusi dengan sesama Muslim yang masih seakidah dan dalam bingkai ukhuwwah Islamiyah semestinyalah lebih baik lagi.

Sebagai anggota Muhammadiyah, kita dituntut untuk menjadi da'i yang bijak. Da'i yang bijak tentulah berperilaku bijak, berakhlak mulia lagi terpuji yang tegak kokoh berdiri di atas landasan dasar tauhid. Berdakwah dengan cara yang bijak akan dapat respon dan sambutan dari masyarakat. Berdakwah dengan cara seperti itu besar pengaruhnya dalam menarik masyarakat, termasuk orang-orang yang dianggap potensial dan mempunyai pengaruh di masyarakat*