Dialog Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. dengan seorang Yahudi (Bagian II)

Bismillahirrohmanirrohim
5. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Saleh AS
Orang Yahudi berkata : “Lihatlah Nabi Saleh AS,” ujar Yahudi. “Allah telah menciptakannya untuknya seekor unta dari batu sebagai mukjizat
Sayyidina Ali menjawab, “Ya itu benar.” Kemudian beliau melanjutkan, “Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Kalau unta Nabi Saleh tidak berbicara dan tidak bersaksi atas kenabiannya, maka ketika kita bersama beliau dalam sebuah peperangan, tiba-tiba datang seekor unta mendekatinya bersuara dan berbicara, “Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan telah menggunakanku sampai aku besar dan kini dia hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu darinya.” Kemudian beliau memanggil pemilik unta itu dan meminta unta darinya. Orang itu memberikannya kepada beliau.
Juga ketika kami bersama beliau, tiba-tiba datang seorang Arab dari pedalaman menuntun untanya. Orang pedalaman itu hendak dipotong tangannya karena ulah para saksi yang telah memberikan kesaksian palsu. Kemudian unta itu, berbicara dengan belia, “Ya Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak berdosa, para saksi yang ini memberikan kesaksian secara paksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi.”
6. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Ibrahim AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Ibrahim AS, karena dia telah mengetahui Allah SWT dengan perenungan (i’tibar). Pembuktiannya telah meliputi keimanan terhadap-Nya.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah mengenal Allah SWT dengan i’tibar sebagaimana Nabi Ibrahim AS. Namun, Nabi Ibrahim AS mengenal Allah dalam usia lima belas tahun sementara Rasulullah SAW mengenal-Nya semenjak usia tujuh tahun. Pernah sejumlah pedagang Nasrani datang. Mereka menurunkan dagangan mereka di antara bukit Shafa dan Marwa. Sebagian dari mereka melihat beliau, Muhammad SAW lalu mereka mengetahui sifat, karakter, dan berita akan kebangkitannya sebagai nabi dan mereka mengetahui beberapa mukjizatnya.
Para  pedagang Nasrani itu bertanya kepada Muhamamd SAW, “Wahai anak kecil, siapa namamu?” Beliau menjawab, “Muhammad.” Mereka bertanya, “Siapa nama ayahmu?” Beliau menjawab, “Abdullah.” Mereka bertanya, “Apa nama ini (mereka bertanya sambil menunjuk bumi)?” Beliau menjawab, “Bumi.”
Mereka bertanya, “Apakah nama itu (mereka bertanya sambil menunjuk langit)?” Beliau menjawab, “Langit.” Mereka bertanya, “Siapa yang menciptakan bumi dan langit?” Beliau menjawab “Allah.” Lalu Muhammad SAW menyentak mereka, “Apakah kalian meragukan tentang Allah SWT? Celaka kamu, wahai Yahudi.” Beliau telah mengetahui Allah dengan i’tibar pada saat kaumnya kufur, bersumpah dan menyembah patung-patung, tetapi beliau berkata, “Tiada Tuhan selain Allah.”
Orang Yahudi berkata kembali, “Nabi Ibrahim AS telah terhijabi dari mata Namrud sebanyak tiga kali.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Namun Nabi Muhammad SAW telah terhijabi dari dari mata orang-orang yang hendak membunuhnya sebanyak lima kali. Sama tiga jumlahnya dan bahkan lebih dua.
Kelima hijab yang dimaksud adalah ketika Allah berfirman : ‘Dan Kami jadikan penutup dihadapan mereka, adalah hijab (penutup) yang pertama.’ Dan dari belakang mereka,’ adalah hijab kedua. ‘Lalu Kami tutup mata mereka sehingga tidak dapat melihat,’ (QS Yaasin : 9) adalah hijab ketiga. Hijab yang keempat adalah firman Allah SWT yang berbunyi,
“Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (QS al-Isra’ : 45)
Sedangkan hijab yang kelima adalah firman Allah SWT yang berbunyi,
“Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.” (QS Yassin,8)
Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim AS telah membungkan mulut orang kafir dengan kenabiannya.”
Sayyidina Ali berkata, “Benar! Pernah Nabi Muhammad SAW didatangi orang yang mendustakan hari kebangkitan setelah kematian, orang itu adalah Ubai bin Khalaf al-Jumahi, dia membawa tulang yang hancur lalu berkata, “Wahai Muhammad, siapakah yang akan menghidupkan kembali tulang belulang ini padahal sudah hancur?” Lalu Allah SWT menurunkan atas Muhammad sebuah ayat yang membungkam mulut orang itu,
“Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk” (QS Yassin : 79)
Akhirnya orang itupun pergi terbungkam. Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim telah menghancurkan patung-patung kaumnya dengan marah karena Allah SWT.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad SAWT telah merobohkan tiga ratus enam puluh patung di dalam Ka’bah dan membersihkan semenanjung Arabia dari patung-patung serta mengalahkan orang-orang yang menyembah patung dengan pedang.”
Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim AS pernah dilemparkan oleh kaumnya ke dalam api, tetapi dia pasrah dan sabar, akhirnya Allah menjadikan api itu dingin dan menyelamatkannya. Apakah Allah berbuat yang sama terhadap Muhammad?”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Ketika Nabi Muhammad pergi ke Khaibar, seseorang wanita Khaibar meracuninya, tetapi Allah menjadikan racun itu dingin (tidak bereaksi) di dalam perutnya sampai akhir wafatnya. Padahal racun itu, jika berada di dalam perut akan membakar seperti api yang membakar. Itu adalah kekuasaan-Nya, janganlah kamu mengingkarinya.”
7. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Ya’qub AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Ya’qub AS. Dia mendapatkan nasab yang sangat besar. Allah menjadikan para Nabi dari tulang rusuknya. Marya putri Imran adalah termasuk keturunannya.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad mendapatkan nasab yang lebih besar. Allah menjadikan Fathimah, wanita penghulu alam raya, sebagai putrinya. Al-Hasan dan al-Hussein sebagai cucunya.
Orang Yahudi berkata, “Nabi Ya’qub bersabar karena perpisahan putranya sampai-sampai dia hampir sakit parah karena sedih.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Ya’qub benar-benar sedih, namun kesedihannya berakhir dengan perjumpaan. Tetapi Nabi Muhammad ketika putranya yang tersayang, Ibrahim, diambil selagi beliau masih hidup. Allah mengujinya agar beliau mendapat simpanan yang besar nanti. Beliau bersabda, “Jiwa pilu dan hati terluka. Dan kamu sangat sedih atasmu wahai Ibrahim. Kami tidak mengatakan sesuatu yang memurkakan Allah.” Dalam semua itu, beliau mengutamakan kerelaan terhadap Allah SWT dan pasrah kepada-Nya dalam segala perbuatan.”
8. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Yusuf AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Yusuf AS, dia menyimpan pahitnya perpisahan. Dia dijerumuskan ke dalam penjara demi menghindari kemaksiatan. Dia dilemparkan ke dalam lubang yang gelap sebatang kara.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad menyimpan pahitnya keterasingan. Beliu meninggalkan keluarga, anak dan harta untuk berhijrah dari Haramullah (Ka’bah, Mekah). Ketika Allah melihat kesedihan dan perasaan pilu, Allah memperlihatkan kepadanya sebuah mimpi yang menyamai mimpinya Nabi Yusuf AS dalam takwilnya dan Allah membuktikan kebenaran mimpinya kepada seluruh alam raya. Allah SWT berfirman :
“Sungguh, Allah akan Membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, jlka Allah Menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah Memberikan kemenangan yang dekat.” (QS al-Fath, 27).
Kalau Nabi Yusuf AS ditahan dalam penjara, maka Rasulullah SAW dipenjara di Syi’ib selama tiga tahun. Beliau diisolir dari sanak family dan kerabatnya. Allah SWT telah memperdaya mereka (orang-orang kafir Quraisy) dengan mengutus makhluk-Nya yang paling lemah (rayap), lalu rayap itu memakan surat perjanjian yang mereka tulis.
Kalau Nabi Yusuf AS dilemparkan ke dalam lubang gelap, maka Nabi Muhammad SAW telah menyembunyikan dirinya di dalam gua karena ulah musuhnya, sampai-sampai beliau berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu sedih. Sesungguhnya Allah SWT bersama kita,” Allah memujinya dalam kitab-Nya.
Wallahu a’lam.